Pasar Terapung



Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.


Asal mula pasar terapung
Dari penelusuran terhadap data sejarah, seperti yang dikutip dari http://uniknyakalimantan. blogspot.com mengatakan bahwa "menurut penuturan salah seorang keturunan Khatib Dayan–ulama Kerajaan Banjar– bernama Syarif Bistamy SE, keberadaan Pasar Terapung memang tak lepas dengan berdirinya Kerajaan Banjar sekitar tahun 1595".  selanjutnya. "...Saat itu, pengelolaan pelabuhan sungai ini diserahkan ke Patih Masih dan Patih Kuin. Dua 'penguasa' bersaudara yang dipercaya Syarif dan sebagian masyarakat Kuin merupakan keturunan dari hasil perkawinan (asimilisasi) antara suku Melayu yang berdiam di pesisir (tepi sungai) dan suku Dayak terutama dari sub-etnis Ngaju. Selanjutnya, pelabuhan Kuin ini diberi nama Bandarmasih atau kotanya orang Melayu".



Perkembangannya 

Dalam perkembangannya, pasar terapung semakin dijadikan sebagai tujuan wisata air oleh pemprov Kalimantan Selatan.  Sekarang di Banjarmasin terdapat 2 lokasi, yaitu di Muara Kuin dan di muka masjid raya atau "Siring" Tendean.  Sedangkan satunya adalah di Lokbaintan yang termasuk dalam kabupaten Banjar - Martapura.  3 lokasi yang disebut adalah andalan kunjungan wisatawan, artinya di sungai-sungai subdas Barito masih banyak terdapat pasar terapung, namun dalam jumlah yang tidak terlalu besar.



Faktor pendukung

Bila kita singkronkan dengan observasi dan pengalaman penulis, keberadaan pasar terapung sangat dipengaruhi oleh budaya orang banjar, salah satunya suka berdagang.  Namun, karena terkendala "aksessibilitas" jangkauan jalan belum tersedia pada masa dahulu, maka masyarakat banyak menggunakan jalur sungai sebagai perhubungan antar lokasi yang menjadi "komunitas" mereka. Faktor lain yang penting yang mendukung adanya pasar terapung pada "masa itu" adalah karena tersedianya bahan baku berupa kayu-kayu log [gelondongan] sebagai bahan baku pembuatan "jukung" atau perahu tanpa mesin.  Jenis-jenis kayu yang sering dijadikan bahan "jukung" adalah kayu ulin dan jenis kayu meranti.

Berlangganan di AMKS PAHID


0 コメント:

コメントを投稿